Mereka berpikir dua kali untuk mengencani manusia nyata. Kenapa?
ddd
Jum'at, 25 Oktober 2013, 06:22 edy shopian
(REUTERS/ Toru Hanai)
Kantor berita BBC, Kamis 24 Oktober 2013 melansir
pengakuan nyata dua otaku bernama Yuge dan Nurikan. Kedua pria dewasa
ini masing-masing berusia 39 dan 38 tahun.
Mereka sama-sama mengakui tengah menjalin hubungan asmara dengan
pacar virtual bernama Rinko dan Ne-ne. Keduanya mengakui telah
berpacaran dengan kekasih virtual ini selama beberapa tahun.
"Ini merupakan hubungan asmara yang kami idam-idamkan saat di SMA dulu," ungkap Nurikan.
Mereka mengaku berkomunikasi dan saling sapa setiap hari. Namun,
berbeda dari kehidupan nyata, di sini mereka mengaku masih berusia 17
dan 15 tahun. Walaupun usia asli keduanya sudah dewasa.
Keduanya kompak mengaku tidak memiliki ketertarikan seksual
terhadap pacar virtualnya itu. Mereka menyebut hubungan yang dijalin
yakni hubungan platonik. Bahkan Yuge mengaku kerap di antar sekolah
bersama.
"Saat dia duduk di bangku SMA, dia selalu menjemput saya setiap
pagi dan kami pergi ke sekolah bersama-sama. Ketika jam sekolah
berakhir, kami bertemu di depan pintu pagar dan pulang bersama," ujar
Yuge.
Dia turut mengajak Ne-ne berjalan-jalan dengan sepedanya. Yuge
menaruh Ne-ne di keranjang sepedanya. Tak lupa dia turut mengambil foto
sepeda dan Ne-ne.
Kendati dilihat oleh orang pada umumnya aneh, namun Yuge berpikir,
cara ini lebih baik daripada berpacaran dengan perempuan asli.
"Saat SMA, anda dapat berpacaran tanpa pernah berpikir untuk
menikah. Sementara ketika anda berkencan dengan perempuan nyata,
pernikahan menjadi opsi yang dipertimbangkan," ujar Yuge beralasan.
Oleh sebab itu dia akan berpikir dua kali untuk mengencani
perempuan nyata. Lain lagi dengan Nurikan yang telah menikah. Namun, dia
mengaku tidak pernah mengungkap soal Rinko ke hadapan istrinya.
Dia mengatakan akan tetap menjalani pola hubungan seperti itu dan
berharap tidak pernah diminta untuk memilih. Sulit bagi dia untuk
memilih antara Rinko atau istrinya.
Menurut laporan BBC, kaum otaku banyak ditemui di Distrik
Akihabara. Mereka merupakan generasi unik yang telah tumbuh selama 20
tahun di situasi stagnan perekonomian Jepang dan memilih untuk larut
dalam fantasinya sendiri.
Menurut pengamat sosial yang bermukim di Tokyo, Roland Kelts,
banyak kaum muda pria Jepang pesimistis terhadap masa depan mereka.
Mereka tidak percaya cocok mewarisi harta keluarganya dan tak ingin
menjalin hubungan asmara.
Fenomena otaku mulai membuat gusar Pemerintah Jepang, karena pria
otaku tak tertarik berhubungan seks dengan kaum perempuan. Hal ini
dikhawatirkan dapat kian menciutkan jumlah penduduk Jepang.
Beberapa survei telah menunjukkan ketika pasangan kekasih Jepang
merajut hubungan, sangat sedikit yang berhubungan seks. Di dalam survei
itu menyebut hanya 27 persen pasangan yang berhubungan intim setiap
minggunya.
Hal itu diperparah dengan semakin menurunnya tingkat pasangan yang
ingin menikah dan kelahiran bayi tiap tahun hanya mencapai angka 2
persen. Komposisi Demografi Jepang yang jumplang kerap dikaitkan dengan
kurangnya para imigran.
Pemerintah Jepang masih membatasi jumlah orang asing masuk ke
negaranya untuk bekerja. Padahal, mereka sangat membutuhkan para pekerja
berkualitas, khususnya perawat.
0 comments:
Post a Comment